Berburu jalur alternatif bersepeda di daerah Pandaan hingga Prigen bersama The New BMW X1.
Aktivitas bersepeda kembali marak seiring dengan diterapkannya Adaptasi Kebiasaan Baru pada masa pandemi Covid-19 yang belum juga berakhir ini. Hasilnya belakangan ini dapat dipastikan jalan-jalan di kota-kota besar tampak disesaki para pesepeda terutama saat weekend.
Mencari jalur bersepeda di jalan-jalan desa seputaran wilayah Pandaan dan Prigen yang relatif masih sepi dan berhawa segar.
Bagi sebagian orang, kondisi seperti itu dianggap tak lagi ideal untuk bersepeda. Alhasil, “Sesekali kami memilih jalur-jalur alternatif di luar kota yang relatif masih sepi,” kata Endro Lukito, wiraswastawan yang sudah lama punya hobi bersepeda, jauh sebelum jadi tren seperti sekarang ini. Bersama Rudy Novianto, sobatnya yang juga pehobi sepeda memilih untuk bersepeda di jalan-jalan desa seputaran wilayah Pandaan dan Prigen yang relatif masih sepi dan berhawa segar.
Entry level SUV buatan BMW ini dipasarkan dengan harga Rp 739.000.000 (off the road).
OTOPLUS-ONLINE pun mengajak keduanya berburu jalur-jalur alternatif bersepeda baru di seputaran Pandaan/Prigen sekaligus mencoba BMW X1 terbaru yang kami pinjam dari BMW Astra Surabaya. Entry level SUV buatan BMW ini dipasarkan dengan harga Rp 739.000.000 (off the road).
Tampil Baru
Sports Activity Vehicle ini merupakan versi LCI (Life Cycle Impulse) alias facelift dari BMW X1 generasi kedua dengan kode bodi F48 yang diperkenalkan sejak 2015 silam. The New BMW X1 diluncurkan 1 November 2019 di Jakarta.
Moncong BMW kekinian dengan gril double kidney yang membesar.
Kebaruan dari generasi pra LCI terutama nampak pada moncong dengan gril double kidney baru yang kini menyatu dan membesar, bentuk headlamp menyipit dengan LED Daytime Running Light yang kini berbentuk hexagonal. Desain bumper baru di The New X1 makin sporty dengan kisi-kisi udara yang tak sekadar ornamen tapi benar-benar mengarahkan aliran udara menuju radiator, kondensor AC, intercooler dan rem.
Dengan kunci di kantong, cukup sentuh bagian handel pintu ini untuk membuka atau mengunci.
Untuk membuka penutup lubang pengisian bensin cukup menekan sudut kiri atas pada panel penutupnya jadi jangan cari tuas pembukanya di kabin ya.
Di bagian samping garis bodinya tidak berubah, bentuk pilar A, B, C dan D terlihat memiliki garis desain yang sama dengan keluarga BMW X Series lainnya.
BMW X1 welcome display LED Projection.
Kebaruan baru terlihat ketika kita membuka pintu di malam hari pasalnya muncul logo bertuliskan X1 diproyeksikan dari kaca spion untuk menerangi permukaan tempat kita akan menapakkan kaki saat turun, BMW menyebutnya Welcome Display LED Projection.
Lampu belakang LED berbentuk huruf L.
Di bagian belakang,, bentuk lampu masih sama namun nyala lampu terlihat membentuk huruf L yang landai. Desainnya menyerupai taillights BMW Seri 3 (G20).
Jok belakang kini dilengkapi fitur reclining dan sliding.
Menengok interior, BMW kini membekali sistem multimedia The New X1 dengan Wireless Apple Carplay yang sayangnya tidak sekalian membenamkan koneksi Android Auto. Fungsi sliding dan reclining juga merupakan improvement yang dijumpai pada jok baris kedua.
Kabin Nyaman dan Lega
Layout dasbor berkonsep driver-oriented cockpit tidak berubah dari generasi pra LCI. BMW mengklasterisasi fitur-fitur secara logis sesuai fungsinya. Multimedia, sistem sirkulasi udara, sistem berkendara dan lampu-lampu dikelompokkan secara terpisah sehingga intuitif dan mudah dioperasikan.
Tombol kontrol diklasterisasi sesuai dengan fungsinya.
Desain dasbor yang landai memberikan kesang lapang. Terlebih di varian xLine yang kami coba ini sudah dilengkapi dengan fitur panorama roof. Permukaan dasbornya berlapis panel soft touch begitu juga doortrim bagian atas. Tidak seperti X3 dan X5, bagian bawah doortrim X1 berupa panel plastik yang tidak dilapis bahan soft touch.
Setelan tilt dan telescopic belum elektris.
Lingkar kemudi di X1 terasa lebih kompak dibandingkan X5 yang kami coba sebelumnya. Anyway setir berlapis kulit ini tetap terasa nyaman digenggam dengan jarak kemudi dan sudut kemiringan yang bisa disetel meski masih secara manual.
Jok penumpang depan sudah dibekali dengan electric adjuster.
Seluruh joknya berbalut kulit Dakota. Kedua jok depan bisa disetel secara elektris. Khusus jok pengemudi tersedia memori dan setelan lumbar support untuk mengawal posisi berkendara. Sementara manfaat dari kehadiran fitur sliding dan reclining di jok belakang bisa dirasakan saat kami coba duduk di baris kedua dalam perjalanan pulang dari Pandaan.
Ruang kabin memadai untuk perjalanan panjang.
Posisi duduknya terasa santai dengan paha yang tertopang seutuhnya, kelebihan lain imbas dari jarak sumbu roda yang mencapai 2.670 mm, legroom di baris kedua jadi lega. OTOPLUS-ONLINE yang berpostur 180 cm merasakan kalau ruang kaki yang tersedia lebih dari cukup.
Bagasi Lega Dengan Fleksibilitas Tinggi
Selain ruang penumpang memadai, kelebihan lain yang disodorkan X1 adalah kapasitas bagasi dan fleksibilitas kabin. BMW X1 menawarkan volume bagasi 505 liter yang dapat ditingkatkan hingga 1.550 liter dengan melipat jok belakang. Jika masih kurang, ada kompartemen bagasi tambahan yang tersembunyi di bawah lantai bagasi sebagai bonus absennya roda serep atau kita dapat memanfaatkan roofrail sebagai mounting bagasi tambahan.
Kami membawa sedikit ‘oleh-oleh’ dari Pandaan buat menemani sepeda survei di bagasi.
Fleksibilitas yang tinggi ditunjukkan dari keberadaan tempat penyimpanan di tiap sisi pintu. Dimensinya cukup besar untuk menyimpan botol air mineral hingga ukuran 1.500 ml dan pernik kecil lain seperti ponsel atau dompet. Selain itu juga ada cup holder, sepasang di konsol tengah bagian depan dan sepasang lagi di arm rest bangku belakang.
Ada kompartemen penyimpanan tersembunyi di bawah lantai bagasi.
Sepasang cup holder di arm rest belakang.
Ada 6 pilihan warna ambience light.
DC outlet di sisi kanan bagasi, perannya vital saat berpetualang karena bisa dimanfaatkan sebagai colokan sumber listrik berbagai peralatan kelistrikan.
Sementara untuk mengisi ulang daya ponsel disediakan sepasang port USB tipe C di konsol tengah dan DC outlet di bagasi yang dapat digunakan sebagai sumber daya cooler box portable atau perangkat kelistrikan lain.
Fitur Canggih
Walaupun masuk dalam jajaran produk entry level, BMW tetap membekali X1 dengan fitur-fitur advance. Regenerative braking, Stop & Go Function, ban RFT (Run Flat Tyre), adaptive LED headlights di antaranya.
Layar sentuh 10,25 inci dengan pilihan menu Bahasa Indonesia.
Saat deselerasi atau pengereman, fitur regenerative braking system akan mengubah energi panas menjadi energi listrik untuk pengisian baterai.
Fitur Stop & Go Function dapat diaktif/nonaktifkan melalui tombol di sisi Start/Stop Button.
Sistem suspensinya sudah dibekali teknologi adaptive.
Ada juga teknologi adaptive suspension yang memungkinkan karakter peredaman suspensi sesuai dengan situasi berkendara yang memungkinkan perpaduan kenyamanan, kedinamisan dan keamanan berkendara. Pengemudi juga mendapat kebebasan memilih mode berkendara, Comfort atau Sport.
Impresi Berkendara
Mulanya kami pesimis dengan kemampuan mesin X1. Kapasitasnya hanya 1.499 cc, 3 silinder pula. Nyatanya keraguan kami tidak terbukti. Dengan doping turbo ganda, torsi maksimumnya mencapai 220 Nm, dan angka itu diraih rata pada rentang 1.480-4.200 rpm. Jelas menyodorkan keasyikan berkendara optimal karena mesin sudah terasa bertenaga sejak putaran rendah.
Endro Lukito & Rudy Novianto sepakat kalau performa BMW X1 menyenangkan di jalan tol, antar kota hingga jalan naik turun pegunungan.
Di jalan-jalan sempit yang berada di seputaran wilayah Prigen dan Tretes yang banyak dihiasi tanjakan curam dikawinkan dengan transmisi tipe DCT (Dual Clutch Transmission) 7 percepatan, mesinnya seakan tidak pernah kehabisan napas. Tenaga berasa ngisi terus.
Tanjakan dan turunan di daerah Prigen bukan masalah buat mesin 3 silindernya.
Harus diakui kalau transmisi DCT di X1 terbaru ini merupakan versi improvement dari generasi pra LCI ini lebih halus dan responsif. Transmisi ini seakan dapat membaca medan jalan yang akan dilalui dengan menyesuaikan posisi gigi sehingga mesin dapat bekerja efektif dan tidak sampai kehabisan napas. Di jalanan menurun, posisikan transmisi pada mode manual dengan menggeser tuas transmisi ke kiri lalu sesuaikan posisi gigi dengan sudut turunan dan biarkan engine brake yang bekerja menahan laju mobil. Kerja sistem rem jadi lebih enteng. Di sekitar kawasan Prigen kami mengandalkan gigi M2 dan sesekali M1 di turunan yang curam.
Dimensinya yang kompak, asyik diajak menyusuri jalan-jalan pedesaan yang sempit.
Dimensi bodinya terasa pas diajak berkelana di jalan-jalan desa yang sempit. Dengan panjang 4.429 mm dan lebar 2.060 mm kami sama sekali gak kesulitan mengemudikannya meski sesekali harus berpapasan dengan mobil lain. Jarak terendah ke tanah yang 183 mm juga cukup ideal diajak berpetualang melintasi medan offroad ringan.
Desiran angin mulai merangsek masuk di atas 150 km/jam.
Saat melaju di jalan tol, tenaga maksimum yang menyentuh 140 ps atau 138 dk rata mulai 4.600-6.500 rpm dengan mudah menghempaskan SUV berbobot bersih 1,4 ton ini meraih 160 km/jam. It seems effortless. BMW mengklaim kalau top speednya mencapai 201 km/jam.
Transmisi DCT 7 speed yang makin halus dan pintar.
Namun menurut kami bukan itu yang jadi keistimewaan paripurnanya namun karakter berkendaranya. Di kecepatan tinggi, stabilitas kemampuan bermanuver tetap istimewa tanpa gejala melayang. Hanya desiran suara angin memang mulai merangsek masuk pada kecepatan di atas 150 km/jam. “Naik BMW memang paling asyik dipakai ngebut. Mobil ini seakan selalu menuruti kemauan kita,” ujar Endro yang juga pemilik BMW X1 2019 pra LCI.
Mesin 3 silinder segaris berkode B38 punya dimensi kompak dan ringan.
Asyiknya lagi X1 sudah dibekali teknologi suspensi adaptif yang membuat karakter redaman suspensinya terasa empuk bagi penumpang tanpa mengorbankan kemampuan handlingnya. Hal itu OTOPLUS-ONLINE rasakan saat menjadi penumpang di bangku belakang ketika kami melintas di ruas Pandaan-Porong yang permukaan aspalnya keriting lantaran acap kelebihan beban.
Konsumsi bahan bakar
Di rute kombinasi tol dan jalan mendaki di seputaran Prigen/Tretes, SUV yang memiliki mesin dengan perbandingan kompresi 11:1 ini mencatatkan konsumsi bahan bakar rata-rata 10,3 km/liter pada kecepatan rata-rata 23,4 km/jam.
Konsumsi BBM cukup hemat, mensyaratkan bensin beroktan 95 ke atas.
Sementara pada pemakaian dalam kota dengan kondisi lalu lintas yang tidak terlalu padat, konsumsi bahan bakarnya berkutat 10,1 km/liter. Selain berkat keberadaan torsi maksimum 220 Nm di 1480-4200 rpm juga disumbang kehadiran fitur Stop & Go yang seketika akan mematikan mesin saat berhenti sejenak pada transmisi di posisi D. Mesin akan kembali hidup saat kita mengangkat injakan kaki dari pedal rem atau memindahkan posisi transmisi ke N.
Di perkotaan, karakter berkendaranya menyenangkan.
Namun tidak seperti fitur Stop & Go di BMW X5 yang pernah kami coba sebelumnya, di X1 getaran mesin 3 silindernya saat kembali hidup cukup terasa. Fitur ini diaktif/ nonaktifkan melalui tombol yang berdampingan dengan tombol Start/Stop.
Teks: Nugroho Sakri Yunarto
Foto: Hendra Sonie, Nugroho Sakri Yunarto
コメント