Dyan Dilato mengundurkan diri dari Mandalika Grand Prix Association.
Dyan Dilato (paling kiri) saat menghadiri MOU Signing Ceremony antara MGPA-IMI-Dyandra Promosindo di kantor PP IMI di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta pada 19 Oktober 2021
OTOPLUS-ONLINE I Ditundanya penyelenggaraan gelaran Asia Talent Cup (ATC) 2021 di Sirkuit Mandalika berbuntut pengunduran diri Dyan Dilato selaku Head of Operation Sporting Mandalika Grand Prix Association (MGPA).
MGPA sendiri telah menerima pengunduran diri resmi dari Dyan Dilato, Head of Operation Sporting MGPA per tanggal 15 November 2021.
“Beliau secara resmi telah mengundurkan diri dari MGPA. Ke depannya segala sesuatu yang dilakukan beliau tidak lagi menjadi tanggung jawab MGPA," kata Direktur Utama MGPA Ricky Baheramsjah dalam keterangannya pada 16 November 2021.
Siaran pers yang dikeluarkan Mandalika Grand Prix Association (MGPA), terkait pengunduran resmi Dyan Dilato dari jabatan sebagai Head of Operation Sporting MGPA per tanggal 15 November 2021
Sebelumnya, gelaran Idemitsu Asia Talent (IATC) Cup 2021 yang sedianya digelar di Sirkuit Mandalika pada Minggu, 14 November 2021 diundur menjadi 19 hingga 21 November 2021, bersamaan dengan kejuaraan World Super Bike (WSBK) Mandalika.
Alasannya, The Fédération Internationale de Motocyclisme (FIM) selaku organisasi internasional yang membawahi bidang olahraga sepeda motor menganggap pihak sirkuit tak mampu memenuhi aspek minimum keselamatan.
Kendalanya setelah race director melihat adanya kesalahan di dalam prosedur yang seharusnya dilakukan oleh marshal, maka keputusan race director untuk menunda race.
Dalam hal ini terkait dengan ketentuan jumlah marshal atau petugas (setidaknya delapan orang marshal di setiap pos) yang bertanggungjawab mengibarkan bendera sekaligus memberi bantuan ketika terjadi insiden pada pembalap yang bertugas di setiap pos di sekitar sirkuit.
Kurangnya jumlah marshal yang bertugas ini tentu mengejutkan. Sebab pada saat MOU Signing Ceremony antara MGPA-IMI-Dyandra Promosindo di kantor PP IMI di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta pada 19 Oktober 2021 lalu Ketua MPR RI sekaligus Ketua Umum IMI, Bambang Soesatyo mengatakan IMI Pusat bersama dengan IMI NTB telah merekrut dan melatih warga setempat (Lombok Tengah) untuk dijadikan marshal. Harapannya, gelaran WSBK atau MotoGP di sirkuit Mandalika ini sekaligus membuka lapangan kerja.
Bahkan pada saat menjawab pertanyaan dari media saat itu terkait marshal, Bamsoet turut memanggil Dyan Dilato untuk maju ke depan dan memberikan penjelasan.
Kebetulan saat itu OTOPLUS-ONLINE turut menyaksikan press conference secara online.
Saat itu, Dyan Dilato menjelaskan, IMI Pusat bersama dengan IMI NTB telah merekrut 600 orang warga setempat (Lombok Tengah) untuk dijadikan marshal.
Setelah itu Dyan menjelaskan bagaimana proses pelatihan menjadi seorang marshal dilakukan. Dan selanjutnya mereka akan menerima sertifikasi dari FIM (Federasi Olahraga Sepeda Motor Internasional) dan IMI.
Djoko Iman Santoso (kanan) bersama Bambang Soesatyo saat meninjau Hidden Valley Track yang merupakan salah satu fasilitas Baja Otomotif Superblok (BOS) pada 1 Februari 2021 lalu
Hal ini pun OTOPLUS-ONLINE klarifikasi ke Djoko Iman Santoso yang duduk di kepengurusan IMI Pusat sebagai anggota Komisi Modifikasi di bawah IMI Mobility.
Kebetulan saat itu Iman juga turut hadir pada MOU Signing Ceremony antara MGPA-IMI-Dyandra Promosindo di kantor PP IMI di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta tersebut.
Saat diminta pendapatnya terkait kurangnya jumlah marshal yang bertugas pada Asia Talent Cup 2021 pada Minggu, 14 November 2021 itu Iman pun menyebutkan ada kejanggalan.
Pada hari Sabtu, 13 November 2021, Asia Talent Cup 2021 telah menggelar sesi latihan bebas dan kualifikasi di Sirkuit Mandalika (Foto: Asia Talent Cup)
"Jadi begini, Asia Talent Cup ini kan digelar dalam beberapa sesi. Ada sesi latihan bebas 1 dan 2, dilanjut kualifikasi pada hari Sabtu, 13 November 2021. Setelah itu baru dilanjut keesokan harinya, Minggu, 14 November 2021 yang kemudian dibatalkan itu karena katanya, jumlah marshal kurang," buka Iman.
Dari sinilah Iman menyatakan kejanggalannya. "Event hari Sabtu itu sudah terlaksana dengan baik. Artinya tidak ada masalah dengan jumlah marshal, karena kalau ada masalah, pasti pihak Dorna, atau FIM tidak akan mengizinkan sesi latihan dan kualifikasi berlangsung," jelas Iman.
"Kejadian justru di hari Minggu saat peserta sudah melakukan sighting lap, dilanjutkan warm up lap dan race director memutuskan untuk menunda race disaat para pembalap sdh berada di grid position.
Dari sini Iman menduga, ada kejadian pada hari Sabtu, yang kemudian membuat marshal ini tidak mau menjalankan tugasnya pada hari Minggu.
"Saya tidak mau berkomentar soal pemberitaan media yang mengatakan bahwa marshal yang bertugas ini tidak diberi makan dan tidak diberi minum, termasuk fee. Meskipun katanya yang omong ini saudara dari salah satu marshal yang bertugas," kata Iman.
Saat ditanya, bukankah di luar negeri marshal yang bertugas di sirkuit balap ini tidak mendapat fee karena mereka mendaftar sebagai relawan dengan latar belakang komunitas otomotif atau pecinta balap.
Iman menjawab, secara sosio-kultural tidak bisa disamakan, antara marshal yang direkrut dari latar belakang warga setempat dengan relawan dengan background komunitas seperti di luar negeri.
"Bisa saja marshal yang bertugas ini, karena dia adalah warga sekitar, punya ekspektasi lebih. Mereka menganggapnya sedang bekerja dan karena itu berhak diperlakukan semestinya, seperti mendapat makan, minum dan fee. Dan begitu harapan ini tidak terwujud, bisa saja mereka kemudian tidak mau lagi bertugas keesokan harinya," jelentreh Iman.
Terkait dugaan yang mengatakan Dyan Dilato mengucapkan kata kasar kepada marshal, Iman mengatakan, hal ini sifatnya kontekstual. Jadi harus dilihat kapan dia mengucapkan kata itu, bagaimana dia mengucapkannya, intonasinya, dan lain sebagainya.
"Setahu saya dia berkata 'ndeso' atau semacam itulah. Jadi bukan makian kasar gitu. Kemudian konteksnya, kata itu diucapkannya karena marshal tidak mau kerja malah nonton balap," kata Iman.
"Jadi perlu dilihat akar masalahnya, penundaan Asia Talent Cup 2021 di Sirkuit Mandalika ini karena marshal yang merasa tersinggung dengan perkataan Dyan Dilato, atau marshal tidak mau kerja?" tegas Iman.
Menurut Iman ini penting untuk mencari solusi atas permasalahan ini. "Kalau marshal tidak mau kerja, ya harus ditelusuri apa sebabnya. Kalau seumpama karena tidak dikasih makan minum, dan fee, kan enggak bisa kesalahan dibebankan kan ke Dyan. Bukan tugas dia kan bayarin orang?" tukas Iman.
"Sebaliknya kalau masalahnya Dyan Dilato dianggap menghina marshal, ya dia harus minta maaf dong. Ada permohonan maaf yang resmi dari dia."
Dari kiri: Franco Uncini selaku FIM Safety Officer, Dyan Dilato sebagai FIM Asia Safety Officer, Loris Capirossi selaku Promoter Representative Dorna Sports, dan Ricky Baheramsjah sebagai CEO MGPA (Foto Instagram @dyan.dilato)
Iman pun kemudian mengatakan kedekatannya dengan Dyan Dilato. "Terus terang saya tidak membela Dyan. Saya cuma sampaikan, apa yang saya tahu soal Beliau. Dia dulu mantan pembalap di kelas supersport dan superbike. Lalu bergabung dengan IMI, dan pernah bertugas di FIM sehingga jadi juri di kejuaraan dunia MotoGP atau World Superbike. Ini bukan capaian yang main-main lho. Coba bayangkan, dengan segala pengalamannya ini, masa sih dia melakukan hal seperti itu?" tutup Iman.
Teks: Indramawan
Foto: Dok. Otoplus-Online
Comentarios