Motorsport tergantung kepada 2 hal utama, yakni kendaraan balap beserta teknologinya, dan perangkat keselamatan
Rifat Sungkar
OTOPLUS-ONLINE I Insiden yang dialami Sean Gelael dan Ketua MPR sekaligus Ketua PP IMI, Bambang Soesatyo saat berlomba di ajang Sprint Rally Meikarta menjadi viral.
Salah satu yang menjadi perhatian adalah kondisi keduanya yang dapat keluar dari mobil tanpa cedera berarti, meski mobil yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan parah.
Bahkan Rifat Sungkar, pereli nasional yang tergabung dalam Mitsubishi Xpander Rally Team berpasangan dengan M. Redwan mengaku merinding melihat rekaman kecelakaan yang dialami Sean dan Bamsoet.
Menurut Rifat yang baru saja menasbihkan dirinya menjadi Juara Umum Kejuaraan Nasional Sprint Rally 2021 , selamatnya Sean dan Bamsoet dari kecelakaan parah itu tidak lepas dari canggihnya peralatan keselamatan yang ada dalam Citroen C3.
Sean Gelael bersama Bambang Soesatyo turun dengan status eksibisi di bawah tim Citroen WRC membesut Citroen C3 R5 yang sudah dihomologasi World Rally kelas 2
Sebagai info, dalam Kejurnas Sprint Rally 2021 di Meikarta, Karawang pada Sabtu, 27 November 2021 lalu, Sean Gelael bersama Bambang Soesatyo turun dengan status eksibisi di bawah tim Citroen WRC. Saat itu, Bamsoet, bertindak selaku navigator.
Bamsoet usai alami insiden bersama Sean di Kejurnas Sprint Rally 2021 di Meikarta, Karawang pada Sabtu, 27 November 2021 lalu
"Alhamdulillah saya serta Sean selamat tanpa mengalami luka-luka. Selain karena kendaraan Citroen C3 R5 yang terkenal memiliki tingkat safety level internasional, yang dihomologasi World Rally kelas 2, saya dan Sean bisa selamat dari kecelakaan karena Sean yang berada di balik kemudi bisa tetap tenang walau posisi mobil terbalik." Begitu keterangan yang diberikan Bamsoet usai insiden.
Rifat bersama Bamsoet yang menjadi navigator Sean Gelael membesut Citroen C3
Kembali ke pernyataan Rifat, Citroen C3 yang dibesut Sean Gelael tersebut didatangkan langsung dari luar negeri dengan safety device yang mumpuni.
“Mobil yang ditunggangi Sean dirancang untuk balapan dan dilengkapi dengan safety device yang sesuai. Jika mobil yang dtunggangi adalah mobil balap dengan teknologi lama yang peralatan safety-nya juga sudah usang, mungkin hanya bisa berserah kepada Tuhan,” ucap Rifat, yang saat kejadian itu juga sedang berkompetisi di kejuaraan yang sama dengan Sean.
Bahkan dia mengaku juga sempat mengalami masalah, mobil sempat mati akibat throttle sensor-nya bergeser gara-gara terbanting keras di area, dimana Sean mengalami kecelakaan.
Dari sinilah Rifat berharap, kecelakaan yang dialami Sean seharusnya dapat menjadi momen bahwa kondisi motorsport Indonesia harus dapat ditingkatkan lebih dari sekadarnya, seperti yang terjadi selama ini.
Melalui Instagram, Rifat menyampaikan pesan berikut ini:
"Ini alasan pentingnya safety di dunia motorsport dan kenapa saya selalu memohon agar mobil balap bekas luar negri yang berstandarisasi internasional boleh masuk Indonesia karena harga di sana jauh lebih murah dari membangun mobil spek serupa di sisi yang terkendala pula dengan tools yang terbatas.
Selama ini menjadi dilema untuk kami dari dunia motorsport karena setiap kali kita mau meningkatkan kecepatan, teknologi keselamatan terbaik kita belum sebaik mobil-mobil mereka di luar negri sana.
Kemudian belum lagi aturan mobil stir kiri tidak boleh masuk Indonesia padahal 99% mobil balap spek internasional berposisi stir sebelah kiri.
Bukan kami tidak menghargai hasil karya bengkel Indonesia tapi dalam hal ini kita masih perlu belajar untuk transfer teknologi.
Untung kejadian ini @gelaelized @ pak @bambang.soesatyo menggunakan mobil spec WRC2 yang dibuat dengan memperhatikan faktor keselamatan tertinggi dan Kejadian hari ini adalah bukti kita butuh tingkat keselamatan yang tinggi di kecepatan tinggi!!"
Dari penuturan di atas, Rifat menekankan bahwa, sebagai cabang olahraga yang sangat tergantung kepada peralatan dan perlengkapan, atlet motorsport setidaknya membutuhkan 2 hal utama.
Yang pertama adalah kendaraan balap beserta teknologinya, sementara yang kedua adalah perangkat keselamatan yang melindungi pembalap dari risiko fatal saat insiden ketika sedang berlaga atau mengikuti kejuaraan.
Sayangnya dua hal mendasar itu tidak dapat dengan mudah diperoleh insan motorsport Indonesia dari dalam negeri.
Meski Indonesia menjadi pasar utama beberapa pabrikan mobil maupun motor, namun sedikit sekali yang menyediakan kendaraan dengan spesifikasi balap.
Jikapun ada, kendaraan spesifikasi balap itu hanya tersedia di luar Indonesia.
"Siapa coba yang balapan naik MPV??" Begitu salah satu penuturan Rifat Sungkar yang berpasangan dengan M. Redwan dalam Mitsubishi Xpander Rally Team di Kejurnas Sprint Rally 2021
Meski begitu, bukan berarti mereka berpangku tangan. Dengan usaha sendiri, insan motorsport Indonesia mencoba membangun dan mengembangkan kendaraan balap dari mobil-mobil atau motor-motor yang ada di tanah air.
Menurut pereli nasional Rifat Sungkar, mendatangkan peralatan untuk balapan dari luar negeri tidak mudah dan jelas jauh dari murah.
Banyak pembalap Indonesia yang kemudian hanya mampu membeli kendaraan balap bekas dengan teknologi yang sudah ketinggalan.
Karena bekas, spare partnya pun tidak selalu tersedia. Akibatnya terjadilah kanibal dari mobil sejenis.
“Untuk membangun satu mobil balap, pembalap sampai harus membeli tiga mobil bekas. Yang satu dipakai untuk balapan, sementara yang dua dipereteli spare partnya untuk dijadikan cadangan jika ada yang rusak,” papar Rifat.
Kendati demikian, dengan segala keterbatasan yang ada, insan motorsport Indonesia mampu menggulirkan kejuaraan balap dengan konsisten dan selalu ramai.
Sudah banyak bibit-bibit pembalap bermunculan dari kejuaraan, tinggal dibutuhkan dukungan dari Pemerintah dan pihak berwenang dalam hal penyediaan kendaraan balap dan perangkat safety yang mumpuni
Sebelum pandemi COVID-19, jadwal balapan di Indonesia mencapai lebih dari 100 event balap roda dua dan roda empat, dari tingkat provinsi hingga tingkat kabupaten. Sayangnya, bibit-bibit yang bermunculan dari kejuaraan itu tidak dapat berkembang dengan baik.
Salah satu penyebabnya karena sulit mendapatkan kendaraan balap yang dapat mengasah mereka menghadapi kejuaraan tingkat dunia.
Hal kedua yang tidak kalah pentingnya adalah ketersediaan perangkat keselamatan bagi pembalap.
Tidak hanya yang menempel di badan pembalap, namun juga yang ada pada kendaraan balap, entah itu material maupun teknologinya.
“Motorsport itu olahraga yang sangat berbahaya, oleh karena itu diperlukan peralatan yang dapat melindungi pembalap dari risiko fatal,“ wanti Rifat.
Tak hanya berkomentar, Rifat juga memberikan alternatif solusi atas permasalaahan ini.
Menurut Rifat salah satu cara adalah dengan mengubah beberapa aturan yang terkait dengan import kendaraan dan spare-partnya.
Misalnya larangan jual beli blok mesin baru, berbelitnya aturan import mobil untuk balapan, juga pengenaan pajak yang tinggi untuk spare part peralatan keselamatan balap.
Rifat Sungkar berpasangan dengan M. Redwan dalam Mitsubishi Xpander Rally Team berhasil jadi Juara Umum Kejuaraan Nasional Sprint Rally 2021
“Sebagai insan motorsport, saya pribadi memohon pemerintah untuk dapat memperhatikan kebutuhan olahraga balap ini. Mungkin lewat pelonggaran aturan yang memudahkan insan motorsport mendapatkan kendaraan dan peralatan balap. Apa yang saya minta ini semata untuk meningkatkan prestasi balap tanah air sekaligus dapat melindungi dari risiko fatal yang kami hadapi,” papar Rifat.
Meningkatkan prestasi atlet motorsport dengan memberi kemudahan bagi mereka dalam memperoleh kendaraan dan peralatan balap yang dapat melindungi mereka dari risiko fatal.
"Jangan berharap pembalap Indonesia dapat berbicara di arena dunia jika peralatan yang dipakai saja masih seadanya," kata Rifat.
"Pihak-pihak terkait sudah harus memikirkan cara bagaimana pembalap Indonesia dapat memperoleh peralatan dengan lebih mudah," pungkasnya.
Editor: Indramawan
Foto: Mitsubishi Xpander Rally Team, Instagram @bambang.soesatyo, Instagram @rifato
Comments