Ikuti driving impression yang dilakukan OTOPLUS-ONLINE untuk menjawab pertanyaan itu, lewat aktivitas normal, layaknya menggunakan mobil berbahan bakar fosil.
Hyundai Ioniq menandai era baru elektrivikasi kendaraan di Indonesia. Mobil listrik murni yang resmi diluncurkan (6/11) ini dibekali dengan baterai berdaya 38,3 kWh, dan diklaim dapat menjelajah hingga 330 kilometer. Angka jarak yang lebih dari cukup untuk mengakomodir kebutuhan mobilitas sehari-hari masyarakat perkotaan.
Hyundai Ioniq menandai era baru mobil listrik di Indonesia.
Untuk membuktikan klaim itu, OTOPLUS-ONLINE melakukan simulasi pengetesan dengan memperlakukan mobil yang dibanderol Rp 664.400.000 (Varian Signature) ini beraktivitas normal seharian, layaknya menggunakan mobil berbahan bakar fosil (bensin atau diesel).
Fitur Unik & Lengkap
Tuas transmisi digantikan tombol yang dinamakan Shift by Wire.
Masuk ke kabin Ioniq, kecuali layar instrumen di balik kemudi tak tampak aura futuristik lain yang mencolok. Nuansa kabinnya masih seperti mobil-mobil yang dipasarkan umumnya saat ini.
Infotainment screen berukuran 8 inci dengan koneksi ke smartphone melalui Apple Carplay atau Android Auto. Melalui layar ini kita juga dapat melihat info lain seperti berapa persen daya baterai yang tersisa.
Automatic Climate Control System yang diaktifkan dengan sentuhan, masalahnya sentuhan ringan bisa mengubah setelan sebelumnya seperti menonaktifkan AC secara tak sengaja seperti yang kami alami.
Hal baru yang menarik adalah absennya tuas persneling. Mobil ini memang tak lagi dibekali tuas persneling layaknya mobil bensin bertransmisi. Posisinya digantikan 4 tombol berhuruf P, R, N dan D. Hyundai menyebutnya Shift by Wire.
Fitur keselamatan berupa Blind Spot Collision Warning secara aktif memperingatkan pengemudi melalui indikator di spion dan suara ketika ada obyek yang tak terlihat dari spion mendekat, juga 7-Airbag System.
Posisi berkendara mudah didapat dengan kehadiran setelan tilt dan teleskopik pada kemudi. Khusus jok pengemudi sudah dilengkapi dengan setelan elektrik 6 arah termasuk setelan lumbar support. Kedua jok depan juga dilengkapi fitur heated dan cooling seat yang membuat perjalanan semakin nyaman.
Fitur heated dan cooling seat di kursi depan, fitur yang hanya dijumpai di mobil-mobil premium.
Sebelum mulai jalan, motor listrik diaktifkan dengan menekan start-stop button yang terletak di sisi kiri kolom kemudi. Jangan lupa menginjak pedal rem ya. Posisi motor listrik standby ditandai dengan menyalanya panel instrumen. Tak ada suara, tak ada getaran bahkan meski pedal gas diinjak habis.
Sunroof jadi kelengkapan standar di varian Signature.
Untuk mulai berjalan, langkahnya sama dengan perlakuan mobil bertransmisi otomatis. Injak pedal rem, tekan tombol R untuk mundur atau D untuk maju lalu lepas pedal rem dan ia pun bergerak perlahan. Karena menggunakan single speed reduction gear, penambahan kecepatannya berlangsung mulus begitu juga ketika deselerasi.
Instrument Meter
Kami amati, ada yang absen di instrument meter atau dinamai Hyundai dengan Supervision Cluster berpenampang LCD ukuran 7 inci berwarna dengan grafis menarik yang ada di hadapan kami. Tak ada lagi takometer alias informasi putaran mesin. Keberadaannya digantikan indikator persentase pijakan kita ke throttle gas dengan skala 0-100%. Makin dalam kita menginjak gas, makin tinggi daya yang digunakan sehingga bisa diartikan semakin boros juga konsumsi daya listriknya.
Instrument screen 7 inci full color ini didominasi informasi seputar daya baterai.
Sementara informasi instrumennya didominasi sistem motor listrik dan pengisian batereinya. Ada indikator penggunaan tenaga dan pengisian baterei dari energy recovery system-nya di sisi kiri. Di sisi kanan dihuni indikator sisa daya pada baterei. Panel instrumen bagian tengah diisi beragam informasi seperti posisi gigi, suhu udara luar, odometer, driving mode, dan tentunya kecepatan. Ditampilkan juga informasi posisi pintu yang membuka, tyre pressure monitoring system dan menu pilihan untuk menyesuaikan personifikasi pemiliknya.
Impresi Berkendara
Kami mencobanya di rute bervariasi, termasuk keluar kota.
Agar lebih riil, Ioniq kami gas menuju Pandaan. Pertimbangannya rute Surabaya-Pandaan menyuguhkan berbagai kondisi pengujian sesungguhnya. Keluar dari showroom Sun Mega Motor, dealer resmi Hyundai di jalan Sulawesi 33-37 yang berlokasi di tengah kota Surabaya, OTOPLUS-ONLINE langsung disuguhkan kondisi lalu lintas padat pagi hari khas kota besar. Ioniq seperti menemukan habitatnya, kondisi start and go seolah dilakoninya effortless. Tidak ada suara, getaran atau jeda ketika ia akan melaju.
Meski torsi sebesar 295 Nm dihasilkan instan, namun jangan khawatir Ioniq akan loncat tak terkontrol saat pedal gas yang sudah berhias pad alumunium tersebut diinjak. Hyundai menyediakan 3 mode berkendara, Eco, Normal dan Sport. Pada mode Eco, respon injakan gas dikebiri. Sebaliknya pada mode Sport, sentuh sedikit saja, Ioniq akan langsung melesat cepat.
Mode berkendara ditandai dengan perbedaan ambience instrument meter. Sport ditunjukkan dengan warna merah, Normal warna biru dan Eco berwarna hijau.
Mode Normal terasa pas untuk penggunaan sehari-hari. Pada mode ini Hyundai membuat rasa di awal injakan pedal gas layaknya mobil berbahan bakar fosil kebanyakan. Baik ketika berakselerasi maupun melaju.
Injak gas lebih dalam dan rasakan sensasinya... Wow tubuh terasa dihempaskan ke jok!
Lepas tengah kota, kondisi lalu lintas yang crowded berangsur surut memberikan kami kesempatan untuk menginjak pedal gas lebih dalam dan wow!!! Di mode Normal saja tubuh serasa dihempaskan ke sandaran jok.
Menggunakan motor listrik tipe permanent magnet synchronous motor dengan tenaga maksimum 100 kW atau setara 134 dk.
Mode pun coba kami pindahkan ke Sport, hasilnya lebih wow!! Tak hanya dihempaskan, tubuh serasa tertanam di sandaran jok seketika pedal gas diinjak dalam-dalam. Sangat tidak direkomendasi untuk pengemudi pemula yang belum lama berada di belakang kemudi.
Di jalan bebas hambatan, Ioniq tak pernah kehabisan tenaga untuk berakselerasi.
Masuk jalan tol kami berkesempatan mencobanya di kecepatan tinggi. Lepas pintu tol, pada mode berkendara Sport, angka 100 km/jam ditampilkan tak lebih dari 9,5 detik sejak kami menginjak pedal gas. Angka ini setara dengan Honda CR-V Turbo. Kecepatan 150 km/jam digapai dalam 20 detik sampai mentok di angka 171 km/jam. Sebagai informasi, pada pengujian ini kami mengajak dua orang rekan fotografer dan peralatan fotografi sehingga beban total sekitar 250 kilogram.
Namun yang paling mengasyikkan adalah akselerasi pertengahannya, rentang 60-80 km/jam, 80-100 km/jam bahkan 100-120 km/jam dijabani super sigap. Tidak ada jeda transmisi menerjemahkan transfer tenaga mesin. Setiap injakan pedal gas seakan langsung disambut roda depan untuk berputar.
Pada ruas Sidoarjo-Gempol yang lumayan lengang di Senin pagi, kami pun mencoba fitur cruise control yang mudah di-set up melalui tombol yang ada di sisi kanan kemudi. Bayangkan, melaju tanpa suara dan getaran juga tanpa menginjak pedal gas pula. Seandainya saja peredam kabin ditingkatkan kemampuan peredamannya sehingga deru suara dari ban Kumho Solus berukuran 205/60R16 pasti lebih asyik. Pasalnya hanya suara itulah yang kami dengar. Oh ya, ditambah suara knalpot motor yang merangsek masuk di dalam kabin.
Fitur Cruise Control meningkatkan kenyamanan saat melaju konstan di tol.
Di kondisi jalan yang menanjak landai di antara ruas tol Gempol-Pandaan, berkendara dengan Ioniq berasa melintas di jalan yang datar-datar saja. Lepas exit tol Pandaan, kami coba mengajaknya melintas tanjakan lebih tinggi dengan sudut tanjakan di kisaran 30-35 derajat. Hasilnya sama saja, Ioniq menaklukannya dengan mudah. Seandainya persentase baterai masih mencukupi, niat awal kami adalah membawanya menaklukkan tanjakan Cangar yang terkenal ekstrem. Sayangnya ketika kami terima, kondisi baterai pada unit tes ini tersisa 74% sehingga kami pun mengurungkan niat awal tersebut.
Jalan menanjak di seputaran Pandaan enteng saja ditaklukkan Ioniq.
Setidaknya kondisi pengetesan ini sudah dapat memberikan gambaran bagaimana ekosistem kendaraan masa depan yang tanpa suara, tanpa getaran dan tentunya tanpa polusi. Saat ini polusi masih salah satu penyumbang terbesar pemanasan global yang berdampak luas pada terjadinya perubahan iklim dunia.
Karakter Suspensi
Ioniq dibekali suspensi berkarakter medium. Saat berkendara sendirian, redaman suspensinya terasa kaku namun bila diisi 3 orang penumpang, karakter redamannya jadi terasa lebih pas. Setelah membaca spesifikasinya, kami memahami jadi alasan insinyur Hyundai memasang suspensi berkarakter kaku. Selain bobot kotor yang mencapai 1.970 kg, hentakan torsi 295 Nm-nya bakal membuat suspensi mengayun jika dibuat lembut.
Dibekali ban 205/60R16 untuk mengimbangi bobot dan karakter suspensinya.
Dengan setting suspensi seperti itu saja masih muncul gejala mengayun sewaktu kami mengajaknya melaju dengan kecepatan 120-130 km/jam di jalan tol dengan permukaan jalan yang tidak terlalu mulus.
Untuk sedikit mengurangi karakter redaman yang kaku, Hyundai membekali Ioniq dengan ban berprofil 60, cukup tebal untuk sebuah sedan hatchback modern.
Konsumsi Daya Baterai
Kekuatan Energy Recovery System dapat dikontrol melalui paddle shift.
Saat digunakan di dalam kota, konsumsi daya baterei terasa hemat, terpantau dari enggan beranjaknya bar indikator kapasitas baterai. Konsumsi daya baterei mulai kami amati meningkat saat Ioniq diajak melaju pada kecepatan rata-rata 90 km/jam di jalan tol. Jarak tempuh tersisa yang sebelumnya diinformasikan sejauh 191 km saat masuk tol Waru langsung merosot menjadi 132 kilometer ketika keluar exit Pandaan. Merosot 59 kilometer meski jarak yang ditempuh sepanjang ruas tol Waru-Pandaan hanya sekitar 40 kilometer. Selain kecepatan, kontur jalan menanjak tampaknya juga signifikan meningkatkan konsumsi daya listrik.
Di jalanan menurun dengan memainkan paddle shift kecepatan akan terhambat dan mesin seolah memiliki kekuatan engine brake.
Di jalan menurun, mobil yang dibekali dengan energy recovery system ini memanfaatkan kekuatan gelinding roda saat turun untuk memutar dinamo dan melakukan pengisian daya ke baterei. Kekuatan hambatan dinamo bisa disetel 3 tingkat melalui tuas yang di mobil bensin digunakan sebagai paddle shift, dapat juga dinonaktifkan. Makin tinggi levelnya, hambatan gelinding dan pengisian baterai juga makin besar.
Kapasitas baterai juga dapat dipantau dari infotainment screen ini.
Energi recovery system ini juga memanfaatkan daya pengereman untuk mengisi ulang baterei. Proses recharging dapat dipantai informasi Energy Flow di layar instrumen.
Pengisian baterai dilakukan melalui konektor ini.
Dari perhitungan kami, setelah menempuh jarak 137 kilometer kapasitas baterai susut dari 74% menjadi 17%. Artinya jarak 137 kilometer itu Ioniq menggunakan 57% dari daya batereinya yang berkapasitas 38,3 kWh atau 21,8 kWh. Harga 1 kWh adalah Rp 1.600 maka perjalanan sejauh 137 kilometer itu hanya memerlukan biaya Rp 34.880.
Hyundai menyertakan portable charger untuk melakukan pengisian daya langsung di rumah atau di mana saja selama ada colokan listrik.
Coba bandingkan jika menggunakan mobil berbahan bakar bensin dengan kapasitas 1.500 cc yang konsumsi bahan bakarnya 13 km/liter. Untuk jarak 137 kilometer akan butuh 10,53 liter. Jika menggunakan bensin Pertalite yang per liternya Rp 7.650 maka biaya yang diperlukan mencapai Rp 80.619 atau dua kali lipat dari biaya yang diperlukan mobil bertenaga listrik.
Akomodasi Kabin
Pintu belakang model Liftback dengan dua kaca terpisah untuk meningkatkan visibilitas.
Jarak sumbu roda yang mencapai 2.700 mm menyumbang kelegaan ruang kabin Ioniq. Sebagai perbandingan, panjang sumbu roda tersebut identik dengan panjang sumbu roda New Honda Civic hatchback RS.
Ruang kaki penumpang belakang tak bisa dibilang lega.
Fungsinya sebagai andalan transportasi harian pun ditunjukkan dengan banyaknya tempat penyimpanan yang tersebar di dalam kabin. Ada sepasang slot USB yang dapat digunakan untuk mengisi ulang daya ponsel, satu di dasbor bagian bawah berjajar dengan power outlet 12 volt dan satu lagi di dalam boks konsol tengah.
Ada slot USB tersembunyi di dalam boks konsol.
Penumpang belakang mendapat jatah hawa dingin dari vent outlet di konsol tengah. Sayangnya ruang kaki penumpang belakang terbatas jika penumpang di baris depan enggan berkompromi.
Bagasi berkapasitas 455 liter.
Kapasitas bagasinya termasuk besar, mencapai 455 liter. Tersedia kompartemen tersembunyi di dalam lantai untuk menyimpan portable charger dan segitiga pengaman atau lainnya.
Teks: Nugroho Sakri Yunarto
Foto: Hendra Sonie, Nugroho Sakri Yunarto
Comments